Pedoman Menulis Puisi -->

Iklan Semua Halaman

Pemudapost: Pedoman Menulis Puisi

Pedoman Menulis Puisi

Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang cenderung lebih pendek daripada prosa dan drama. Meski demikian, puisi dianggap karya sastra yang paling sulit ditulis karena kata-kata yang diungkapkan dalam puisi harus mengandung arti yang sangat dalam dengan nada dan irama yang sesuai.
Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi lebih banyak menggunakan kiasan, tidak seperti prosa dan drama yang seringkali menggunakan bahasa yang lugas dan denotatif. Untuk dapat menulis sebuah puisi, perlu dipahami terlebih dahulu jenis-jenis puisi dan aspek-aspek yang harus ada di dalam sebuah puisi. Panduan yang satu ini, mungkin bisa dijadikan referensi.
Tentukan gaya dan tipe puisi yang akan ditulis
  1. Puisi epik, yakni suatu puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda, kepercayaan, maupun sejarah. Puisi epik dibedakan menjadi folk epic, yakni jika nilai akhir puisi itu untuk dinyanyikan, dan literary epic, yakni jika nilai akhir puisi itu untuk dibaca, dipahami, dan diresapi maknanya.
  2. Puisi naratif, yakni puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita, menjadi pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita. Jenis puisi yang termasuk dalam jenis puisi naratif ini adalah balada yang dibedakan menjadi folk ballad dan literary ballad. Ini adalah ragam puisi yang berkisah tentang kehidupan manusia dengan segala macam sifat pengasihnya, kecemburuan, kedengkian, ketakutan, kepedihan, dan keriangannya. Jenis puisi lain yang termasuk dalam puisi naratif adalah poetic tale, yaitu puisi yang berisi dongeng-dongeng rakyat.
  3. Puisi lirik, yakni puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya. Jenis puisi lirik umumnya paling banyak terdapat dalam khazanah sastra modern di Indonesia. Misalnya, dalam puisi-puisi Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, dan lain-lain.
  4. Puisi dramatik, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu. Dalam puisi dramatik dapat saja penyair berkisah tentang dirinya atau orang lain yang diwakilinya lewat monolog.
  5. Puisi didaktik, yakni puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang umumnya ditampilkan secara eksplisit.
  6. Puisi satirik, yaitu puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun suatu masyarakat.
  7. Romance, yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang kekasih.
  8. Elegi, yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih dan kedukaan seseorang.
  9. Ode, yakni puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa ataupun sikap kepahlawanan.
  10. Hymne, yakni puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air.
Tentukan tema dan judul
Penentuan tema puisi adalah langkah-langkah dalam membuat puisi selanjutnya. Tema adalah pokok pembahasan yang mendasari puisi. Untuk mendapatkan tema, kita bisa memancingnya dengan menggunakan pertanyaan, Puisi ini membicarakan tentang apa? Apakah tentang keindahan alam, kecantikan seseorang, protes sosial, dan lain-lain.
Pilih satu tema yang kita inginkan sebagai acuan dalam membuat puisi agar puisi kita lebih menarik. Tema puisi banyak sekali. Jadi, sebisa mungkin pilihlah tema yang benar-benar menarik.
Setelah menentukan tema langkah selanjutnya menentukan judul yang berpacu pada tema. Tema puisi tersebar begitu banyak di sekitar kita. Kita tinggal mengamati dan menajamkan kepekaan. Seorang penulis puisi yang peka, ia tidak akan kehabisan akal untuk menemukan sebuah tema.
Gaya Bahasa
Selanjutnya adalah dengan menggunakan gaya bahasa, salah satunya adalah majas Asosiasi. (contoh: bagai disambara petir, bagai teriris sembilu)
  1. Personifikasi (contoh: air mengamuk, hujan menyerbu)
  2. Hiperbola (contoh: setinggi langit, tinggal kulit pembungkus tulang)
  3. Litotes (contoh: bantuan yang tak berarti ini, terimalah walau tak seberapa)
  4. Ironi (contoh: peduli sekali dia, sehingga tak satu rupiahpun dikeluarkan untuk membantu)
  5. Metafora, yakni pengungkapan yang mengandung makna secara tersirat untuk mengungkapkan acuan makna yang lain selain makna sebenarnya, misalnya, “cemara pun gugur daun” mengungkapkan makna “ketidakabadian kehidupan”.
  6. Metonimia, yakni pengungkapan dengan menggunakan suatu realitas tertentu, baik itu nama orang, benda, atau sesuatu yang lain untuk menampilkan makna-makna tertentu. Misalnya, “Hei! Jangan kaupatahkan kuntum bunga itu”. “Kuntum bunga” di situ mewakili makna tentang remaja yang sedang tumbuh untuk mencapai cita-cita hidupnya.
  7. Anafora, yakni pengulangan kata atau frase pada awal dua larik puisi secara berurutan untuk penekanan atau keefektifan bahasa.
  8. Oksimoron, yaitu majas yang menggunakan penggabungan kata yang sebenarnya acuan maknanya bertentangan. Misalnya: kita mesti berpisah. Sebab sudah terlampau lama bercinta.
Aspek yang harus diperhatikan saat menulis puisi
  1. Bait, yakni satuan yang lebih besar dari baris yang ada dalam puisi. Bait merujuk pada kesatuan larik yang berada dalam rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran, terpisah dari kelompok larik (bait) lainnya. Dalam puisi, keberadaan bait sebagai kumpulan larik tidaklah mutlak. Bait-bait dalam puisi dapat diibaratkan sebagai suatu paragraf karangan yang paragraf atau baitnya telah mengandung pokok-pokok pikiran tertentu.
  2. Rima, menyangkut pengulangan bunyi yang berselang, baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan.
  3. Irama, yakni paduan bunyi yang menimbulkan unsur musikalitas, baik berupa alunan tinggi-rendah, panjang-pendek, dan kuat-lemah yang keseluruhannya mampu menumbuhkan kemerduan, kesan suasana, serta nuansa makna tertentu. Timbulnya irama itu, selain akibat penataan rima, juga akibat pemberian aksentuasi dan intonasi maupun tempo sewaktu melaksanakan pembacaan secara oral.
Kembangkan pusi dengan seindah mungkin
Selanjutnya adalah mengembangkan semua langkah diatas menjadi puisi yang indah. Susun kata-kata, larik-larik puisi menjadi bait-bait. Kembangkan menjadi satu puisi yang utuh dan bermakna.  Ingat puisi bukanlah artikel. Tulisan yang kita buat untuk puisi harus ringkas padat sekaligus indah. Pilihlah kata yang sesuai yang mewakili unsur keindahan sekaligus makna yang padat.
Mungkin kita harus mengingat tiga hal ini, yang berkaitan dengan kata dan larik dalam menulis puisi yaitu:
  1. Kata adalah satuan rangkaian bunyi yang ritmis atau indah, atau yang merdu.
  2. Makna kata bisa menimbulkan banyak tafsir.
  3. Mengandung imajinasi mendalam tentang hal yang dibicarakan.

Selamat Menulis!