Mahasiswa Harapan Bangsa -->

Iklan Semua Halaman

Mahasiswa Harapan Bangsa

Minggu, 17 Januari 2016
Oleh: Cahyana Ari Yahya*
Pergantian tahun 2015 ditandai dengan dibukanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Pada implementasinya dapat kemana-mana, termasuk dalam pendidikan, kebudayaan, perdagangan, dan tenaga kerja. Tapi kita harus menengok kebelakang disaat situasi Indonesia saat ini yang banyak kasus korupsi, jual beli ijazah dan lain-lain apakah Indonesia siap untuk melaksanakanya?

Melihat yang terjadi pada masalah pendidikan, khususnya perguruan tinggi, ini perlu di tanggapi, kerena sudah ada oknum dosen pada Perguruan Tinggi (PT) yang bermain taktik untuk mendapatkan keuntungan sendiri tanpa memperhatikan bagaimana dia membimbing mahasiswa agar mampu menjadi mahasiswa yang kompeten dan memiliki kualitas unggul guna di terapkan pada masyarakaat disekitarnya.
Tetapi jika oknum dosen saja seperti itu apakah mampu mencetak generasi yang  memiliki kualitas untuk daya saing di MEA? Semogga saja di tahun 2016 ini, PT dan mahasiswa mampu menerapkan dan membuktikan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang selama ini mereka gembor-gemborkan.
Sudah begitu lama saya berkumpul dengan mahasiswa-mahasiswa dari berbagai PT dan mereka pun adalah teman saya. Salah satu yang sangat berkesan pada saat itu adalah semangat belajar yang ulet dan tekad yang kuat, selain itu mahasiswa pada saat itu sangat kreatif dan inovatif untuk melakukan penelitian dan mereka kembangkan inovasi-inovasi itu dalam kehidupan bermasyarakaat.
Pada masa itu pola pikir kritis mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan sanggat luar biasa, terbukti pada saat itu banyak lulusan yang membawa hasil penelitianya kedalam lingkungan kehidupanya, alhasil sanggat bermanfaat pada masyarakaat.
Namun kelemahan kita saat ini adalah jiwa pantang menyerah, tekad dan pola pikir kritis yang salah. Mengapa demikian? Karena sebagian mahasiswa saat ini kualitas dan kuantitas daya saingnya menurun, ditambah lagi dengan pola pikir kritis yang salah.
Kebanyakan mahasiswa sekarang terlalu kritis akan pemerintahan ketimbang berpikir kritis untuk menciptakan formula solusi dalam membangun bangsa guna menghadapi persaingan antar negara-negara lainnya.
Pada masa sekarang, mahasiswa hanya bersuara keras tapi tidak ada bukti. Mereka hanya mengembor-ngemborkan kalau mahasiswa adalah agen perubahan, agen kontrol sosial dan lain sebagainya. Dalam pepatah jawa itu hanya di sebut sebagai JARKONI (Gelem Ujar, Ora Gelem Nglakoni).
Sementara itu, aspek perguruan tinggi juga banyak yang bermasalah. Sekarang banyak perguruan tinggi yang bermain dengan uang tanpa memperhatikan kualitas mahasiswanya. Yang lebih parah lagi adalah praktik jual beli ijazah yang memperburuk kualitas bangsa kita. Jika sudah seperti ini apakah Indonesia layak untuk bersaing dalam MEA?
Kelemahan-kelemahan yang kita alami ini harus menjadi kesadaran kita untuk mau merubah pola pikir serta menumbuhkan kesadaran akan pendidikan, guna menciptakan generasi penerus yang berkualitas dan berkompeten untuk membangun bangsa kita agar mampu bersaing dengan negara-negara lain.
Ada banyak hal yang perlu dievaluasi antara lain tenaga pengajar yang lebih bertanggungjawab, agar mahasiswa mampu menyerap ilmu yang kemudian hari dapat diterapakn dalam masyarakaat. Ada beberapa oknum dosen yang hanya datang untuk absen dan ada juga yang hanya member tugas makalah, paper atau tugas-tugas yang lain.
Lantas jika sistem pendidikan selalu seperti ini apakah mampu menciptakan mahasiswa yang mempunyai kualitas daya saing? Belum lagi praktik jual beli ijazah, hal ini sanggat penting ditangani karena akibatnya sanggat luar biasa dalam negara kita. Tindakan ini adalah titik awal hancurnya bangsa kita. Orang yang memakai ijazah palsu tidak mempunyai kualitas yang mumpuni untuk menjalankan pemerintahan dan berakibat semakin terpuruknya perkembangan Indonesia.
Tahun ini harus ada perubahan, mulai dari sistem pendidikan di PT dan pola pikir kritis mahasiswa, agar muncul sebuah gagasan baru untuk megibarkarkan panji-panjinya. Sekarang sudah mulai di tangani permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan PT dengan harapan mampu meningkatkan kualitas mahasiswa untuk masa yang akan datang.
Peranan mahasiswa sebagai agen of chage dan agen of social control perlu di genjot lagi, agar memberikan perubahan yang nyata. Mahasiswa harus lebih mampu lagi berpikir kritis untuk menciptakan perubahan terhadap bangsa ini, peranan mahasiswa sangat diharapkan. Jadi, mahasiswa harus bersungguh-sungguh dalam menempuh pendidikannya.

*)Mahasiswa Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang, Program Studi Agribisnis.