Antioksidan Alami Bekatul dalam Krim Pencerah Kulit -->

Iklan Semua Halaman

Antioksidan Alami Bekatul dalam Krim Pencerah Kulit

Senin, 22 Mei 2017
Oleh: Obik Andawiya*

Kulit adalah sebagai batas utama antara tubuh dan lingkungan. Pada kondisi tertentu, pelembab atau krim diperlukan oleh kulit untuk mempertahankan struktur dan fungsinya dikarenakan pengaruhnya  oleh udara kering, sinar matahari, umur lanjut, berbagai penyakit kulit dan lain sebagainya (Wasitaatmadja, 1997). Krim merupakan sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang  terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai dan mengandung air tidak kurang dari 60% (Syamsuni, 2005).

Menurut Anief (1999) krim berfungsi sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan, pelumas dan pelindung untuk kulit. Sedangkan menurut Sapyani, dkk.,  (2002) krim kulit berfungsi untuk mempertahankan kelembaban kulit, melembutkan kulit, mencegah kehilangan air, membersihkan kulit dan mempertahankan bahan aktif pada kulit.

Penggunaan antioksidan dalam sediaan krim kosmetik merupakan salah satu cara mencegah penuaan dini pada kulit. Antioksidan merupakan senyawa yanag mampu menangkal dampak negatif dalam tubuh. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan salah satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitasnya bisa dihambat (Winarsi, 2007). Diantara antioksidan sintetis yang banyak digunakan dalam krim kosmetik yaitu Butylated Hidroxyanisol (BHA), Butylated Hidroxytoluene (BHT) dan alfatokoferol (Rowe, 2006).

Penggunaan antioksidan sintetis tidak menjamin terhindarnya efek samping yang membahayakan bagi kulit, seperti iritasi dan kerusakan kulit lainnya. Pentingnya sediaan kosmetik yang berbahan dasar ekstrak tanaman sebagai antioksidan alami sangat dibutuhkan oleh masyarakat (Suryani, 2014). Selain rempah, herbal, sayuran dan buah, bekatul merupakan salah satu bahan alami sebagai sumber antioksidan.

Bekatul merupakan kulit paling luar dari beras dan kulit paling dalam dari sekam padi yang telah terkelupas melalui proses penggilingan dan penyosohan. Persentasi bekatul dari gabah kering giling di Indonesia sekitar 10%. Tahun 2011 produksi gabah Indonesia mencapai 76,3 ton GKG (Gabah Kering Giling) sehingga bekatul yang dihasilkan mencapai 6,73 ton. Jumlah ini cukup besar dan potensial untuk dimanfaatkan dalam bidang industri maupun farmasi (Janathan, 2007).

Gambar 1. Struktur beras putih (BB Pascapanen, 2007)
Bekatul mengandung senyawa biokatif seperti tokoferol, tokotrienol, oryzanol (Chen dan Bergman, 2005), antioksidan fenolik (Chanphrom, 2007; Sompong, dkk., 2011), ᵝ-karoten (Chanphrom, 2007) dan antosianin (bekatul beras hitam dan ketan hitam) (Yawadio, dkk., 2007).

Gambar 2. Komponen utama gamma oryzanol (Xu dan Godber, 2001)
Telah banyak penelitian yang membuktikan bahwa bekatul mempunyai aktivitas antioksidan (Widarta, dkk., 2012). Oryzanol dalam bekatul merupakan antioksidan alami yang sangat kuat dan lebih efektif mencegah radikal bebas dibandingkan vitamin E (Hadipernata, 2007) dan dimanfaatkan sebagai pelindung terhadap sinar UV berlebih dari matahari (tabir surya) (Wasitaatmadja, 1997).

Penelitian Suhery, dkk., (2016) melaporkan bahwa ekstrak bekatul padi ketan merah mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak bekatul padi ketan hitam. Namun dari segi hasil formulasi dalam sediaan krim kedua formula stabil secara fisik dan mempunyai aktivitas dengan nilai % inhibisi sebesar 95,09% dan 92,35%.

Bekatul yang diekstrak dengan pelarut n-heksan dan etanol (1:1) dapat efektif memberikan perlindungan terhadap sinar UV B mulai dari konsentrasi 200 ppm. Nilai Sun Protective Factor (SPF) yang diperoleh mulai dari konsentrasi 200 ppm, dengan nilai SPF yaitu 2,355, konsentrasi 250 ppm yaitu 2,884 dan konsentrasi 300 ppm yaitu 3,483 (Mulyani, 2012).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan perlu adanya penelitian selanjutnya dengan menggunakan konsentrasi yang lebih tinggi untuk menentukan nilai SPF yang optimal dalam memberikan perlindungan terhadap sinar UV B dan menggunakan ekstrak murni dari oryzanol sehingga hasil yang diperoleh lebih maksimal (Mulyani, 2012) dan agar ekstrak antioksidan alami dari bekatul dapat diproduksi secara massal serta memenuhi standar SNI.

Tak ada ciptaan Allah Swt yang sia-sia. Limbah padipun yang sering kita anggap hal yang tak berguna dan dibuang begitu saja, ternyata mengandung senyawa antioksidan yang bermanfaat untuk penangkal radikal bebas sehingga tentunya bisa diaplikasikan dalam pangan, farmasi, kosmetika dan lainnya.

Referensi:

Anief, M. 1999. Sistem Dispersi, Formulasi Suspensi dan Emulsi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Chanphrom, P. 2007. Antioxidant and Antioxidant Activities of Pigmented Rice Varieties and Rice Bran. Thesis. Thailand: Faculty of Graduated Studies, Mahidol University.

Chen, M.H. dan Bergman, C.J. 2005. A Rapid Procedure for Analysing Rice Bran Tocopherol, Tocotrienol and ٧-Oryzanol Contents. Journal Food Compos Analisys. Vol 18: 139-151.

Hadipernata, Mulyana. 2007. Mengolah Dedak Menjadi Minyak (Rice Bran Oil). Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 29 No 4.

Janathan. 2007. Karakteristik Fisikokimia Tepung Bekatul Serta Optimasi Formula dan Pendugaan Umur Simpan Minuman Campuran Susu Skim dan Tepung Bekatul. Published Thesis. Bogor: IPB.

Mulyani, Pramita Putri dan Nurul Wahidatullail. 2012. Penentuan Nilai SPF (Sun Protecting Factor) Ekstrak n-Heksan Etanol (1:1) dari Rice Bran (Oryza sativa) secara In Vitro dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis.

Sompong, R., Siebendandi-Ehn S., Linsberger-Martin G., Berghofer E. 2011.
Physicochemical and Antioxidative Properties of Red and Black Rice Varieties from Thailand, China and Sri Lanka. J Food Chem. 124 (2011) 132-140.

Suhery, Wira Noviana, Armon Fernando dan Netralis Has. 2016. Uji Aktivitas dari Ekstrak Bekatul Padi Ketan Merah dan Hitam (Oryza sativa L. var. glutinosa) dan Formulasinya dalam Sediaan Krim. Pharmacy. Vol 13 No 1.

Suryani, Rini Hamsidi, Nurlena Ikawati, Ahmad Zaeni dan Hasnawati. 2014. Uji Aktivitas Tabir Surya Formula Sediaan Losio Ekstrak Metanol Daun Mangkokan (Nothophanaz scutellarium Merr). Medula. 2(1).

Wasitaatmadja, S.M. 1997. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Widarta, I. W. R.K. A. Nocianitri dan L.P.I.P. Sari. 2012. Ekstraksi Komponen Bioaktif Bekatul Beras Lokal dengan Beberapa Jenis Pelarut. Jurnal Aplikasi Teknologi Vol 2 No 2.

Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius.

Xu, Z., Hua, N., dan Godber, JS. 2001. Antioxidant Activity of Tocopherols, Tocotrienols and Gamma Oryzanol Components from Rice Bran Against Cholesterol Oxidation Accelarated by2,2’-Azobis(2-methyilpropionamidine) dihydrochloride. Journal of Agricultural and Food Chemistry 49 : 2077-2081.

Yawadio, R., S. Tanimori, N, Morita. 2007. Identification of Phenolic Compounds Isolated from Pigmented Rice Their

*Pemilik nama lengkap Robi'atul Andawiyah, asal Sumenep. Mahasiswa semester akhir Kimia Saintek UIN Malang. Bisa berdiskusi lebih lanjut di alamat mayanya, www.andawiyachemista.blogspot.co.id Email : oandawiya@yahoo.com