Oleh: Obik Andawiya*
Kulit adalah sebagai batas utama antara tubuh dan lingkungan. Pada
kondisi tertentu, pelembab atau krim diperlukan oleh kulit untuk
mempertahankan struktur dan fungsinya dikarenakan pengaruhnya oleh
udara kering, sinar matahari, umur lanjut, berbagai penyakit kulit dan
lain sebagainya (Wasitaatmadja, 1997). Krim merupakan sediaan setengah
padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai dan mengandung
air tidak kurang dari 60% (Syamsuni, 2005).
Menurut Anief (1999)
krim berfungsi sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan,
pelumas dan pelindung untuk kulit. Sedangkan menurut Sapyani, dkk.,
(2002) krim kulit berfungsi untuk mempertahankan kelembaban kulit,
melembutkan kulit, mencegah kehilangan air, membersihkan kulit dan
mempertahankan bahan aktif pada kulit.
Penggunaan antioksidan
dalam sediaan krim kosmetik merupakan salah satu cara mencegah penuaan
dini pada kulit. Antioksidan merupakan senyawa yanag mampu menangkal
dampak negatif dalam tubuh. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan
salah satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga
aktivitasnya bisa dihambat (Winarsi, 2007). Diantara antioksidan
sintetis yang banyak digunakan dalam krim kosmetik yaitu Butylated Hidroxyanisol (BHA), Butylated Hidroxytoluene (BHT) dan alfatokoferol (Rowe, 2006).
Penggunaan
antioksidan sintetis tidak menjamin terhindarnya efek samping yang
membahayakan bagi kulit, seperti iritasi dan kerusakan kulit lainnya.
Pentingnya sediaan kosmetik yang berbahan dasar ekstrak tanaman sebagai
antioksidan alami sangat dibutuhkan oleh masyarakat (Suryani, 2014).
Selain rempah, herbal, sayuran dan buah, bekatul merupakan salah satu
bahan alami sebagai sumber antioksidan.
Bekatul merupakan kulit
paling luar dari beras dan kulit paling dalam dari sekam padi yang telah
terkelupas melalui proses penggilingan dan penyosohan. Persentasi
bekatul dari gabah kering giling di Indonesia sekitar 10%. Tahun 2011
produksi gabah Indonesia mencapai 76,3 ton GKG (Gabah Kering Giling)
sehingga bekatul yang dihasilkan mencapai 6,73 ton. Jumlah ini cukup
besar dan potensial untuk dimanfaatkan dalam bidang industri maupun
farmasi (Janathan, 2007).
Gambar 1. Struktur beras putih (BB Pascapanen, 2007) |
Bekatul mengandung senyawa biokatif
seperti tokoferol, tokotrienol, oryzanol (Chen dan Bergman, 2005),
antioksidan fenolik (Chanphrom, 2007; Sompong, dkk., 2011), ᵝ-karoten
(Chanphrom, 2007) dan antosianin (bekatul beras hitam dan ketan hitam)
(Yawadio, dkk., 2007).
Gambar 2. Komponen utama gamma oryzanol (Xu dan Godber, 2001) |
Telah banyak penelitian yang membuktikan
bahwa bekatul mempunyai aktivitas antioksidan (Widarta, dkk., 2012).
Oryzanol dalam bekatul merupakan antioksidan alami yang sangat kuat dan
lebih efektif mencegah radikal bebas dibandingkan vitamin E
(Hadipernata, 2007) dan dimanfaatkan sebagai pelindung terhadap sinar UV
berlebih dari matahari (tabir surya) (Wasitaatmadja, 1997).
Penelitian
Suhery, dkk., (2016) melaporkan bahwa ekstrak bekatul padi ketan merah
mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
ekstrak bekatul padi ketan hitam. Namun dari segi hasil formulasi dalam
sediaan krim kedua formula stabil secara fisik dan mempunyai aktivitas
dengan nilai % inhibisi sebesar 95,09% dan 92,35%.
Bekatul yang
diekstrak dengan pelarut n-heksan dan etanol (1:1) dapat efektif
memberikan perlindungan terhadap sinar UV B mulai dari konsentrasi 200
ppm. Nilai Sun Protective Factor (SPF) yang diperoleh mulai
dari konsentrasi 200 ppm, dengan nilai SPF yaitu 2,355, konsentrasi 250
ppm yaitu 2,884 dan konsentrasi 300 ppm yaitu 3,483 (Mulyani, 2012).
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan perlu adanya penelitian selanjutnya
dengan menggunakan konsentrasi yang lebih tinggi untuk menentukan nilai
SPF yang optimal dalam memberikan perlindungan terhadap sinar UV B dan
menggunakan ekstrak murni dari oryzanol sehingga hasil yang diperoleh
lebih maksimal (Mulyani, 2012) dan agar ekstrak antioksidan alami dari
bekatul dapat diproduksi secara massal serta memenuhi standar SNI.
Tak
ada ciptaan Allah Swt yang sia-sia. Limbah padipun yang sering kita
anggap hal yang tak berguna dan dibuang begitu saja, ternyata mengandung
senyawa antioksidan yang bermanfaat untuk penangkal radikal bebas
sehingga tentunya bisa diaplikasikan dalam pangan, farmasi, kosmetika
dan lainnya.
Referensi:
Anief, M. 1999. Sistem Dispersi, Formulasi Suspensi dan Emulsi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Chanphrom, P. 2007. Antioxidant and Antioxidant Activities of Pigmented Rice Varieties and Rice Bran. Thesis. Thailand: Faculty of Graduated Studies, Mahidol University.
Chen, M.H. dan Bergman, C.J. 2005. A Rapid Procedure for Analysing Rice Bran Tocopherol, Tocotrienol and ٧-Oryzanol Contents. Journal Food Compos Analisys. Vol 18: 139-151.
Hadipernata, Mulyana. 2007. Mengolah Dedak Menjadi Minyak (Rice Bran Oil). Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 29 No 4.
Janathan.
2007. Karakteristik Fisikokimia Tepung Bekatul Serta Optimasi Formula
dan Pendugaan Umur Simpan Minuman Campuran Susu Skim dan Tepung Bekatul.
Published Thesis. Bogor: IPB.
Mulyani, Pramita Putri dan Nurul Wahidatullail. 2012. Penentuan
Nilai SPF (Sun Protecting Factor) Ekstrak n-Heksan Etanol (1:1) dari
Rice Bran (Oryza sativa) secara In Vitro dengan Metode Spektrofotometri
UV-Vis.
Sompong, R., Siebendandi-Ehn S., Linsberger-Martin G.,
Berghofer E. 2011.
Physicochemical and Antioxidative Properties of Red
and Black Rice Varieties from Thailand, China and Sri Lanka. J Food
Chem. 124 (2011) 132-140.
Suhery, Wira Noviana, Armon Fernando dan
Netralis Has. 2016. Uji Aktivitas dari Ekstrak Bekatul Padi Ketan Merah
dan Hitam (Oryza sativa L. var. glutinosa) dan Formulasinya dalam
Sediaan Krim. Pharmacy. Vol 13 No 1.
Suryani, Rini
Hamsidi, Nurlena Ikawati, Ahmad Zaeni dan Hasnawati. 2014. Uji Aktivitas
Tabir Surya Formula Sediaan Losio Ekstrak Metanol Daun Mangkokan (Nothophanaz scutellarium Merr). Medula. 2(1).
Wasitaatmadja, S.M. 1997. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Widarta,
I. W. R.K. A. Nocianitri dan L.P.I.P. Sari. 2012. Ekstraksi Komponen
Bioaktif Bekatul Beras Lokal dengan Beberapa Jenis Pelarut. Jurnal Aplikasi Teknologi Vol 2 No 2.
Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius.
Xu,
Z., Hua, N., dan Godber, JS. 2001. Antioxidant Activity of Tocopherols,
Tocotrienols and Gamma Oryzanol Components from Rice Bran Against
Cholesterol Oxidation Accelarated by2,2’-Azobis(2-methyilpropionamidine)
dihydrochloride. Journal of Agricultural and Food Chemistry 49 : 2077-2081.
Yawadio, R., S. Tanimori, N, Morita. 2007. Identification of Phenolic Compounds Isolated from Pigmented Rice Their
*Pemilik nama lengkap Robi'atul Andawiyah,
asal Sumenep. Mahasiswa semester akhir Kimia Saintek UIN Malang. Bisa
berdiskusi lebih lanjut di alamat mayanya, www.andawiyachemista.blogspot.co.id
Email : oandawiya@yahoo.com