Pentingnya Proses Pelatihan Kader Dasar -->

Iklan Semua Halaman

Pentingnya Proses Pelatihan Kader Dasar

Kamis, 03 Maret 2016
Oleh: Juhari el-sarruny*
Sangatlah penting dibahas masalah Proses Pelatihan Kader Dasar (PKD). Dalam proses tingkatan kaderisasi formal di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dimana Masa Penerimaan anggota Baru (MAPABA) adalah hanya sebuah proses pengenalan terhadap mahasiswa baru dan anggota PMII.

PKD adalah sebuah lanjutan dari pengenalan tadi menjadi sebuah proses pengetahuan yang sebenarnya akan semangat gerak yang ada di PMII, sehingga pada proses selanjutnya, anggota disebut sebagai kader, dimana dijelaskan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART PMII), bahwa Kader adalah telah dinyatakan berhasil menyelesaikan PKD dan follow-up nya (baca AD/ART BAB III Keanggotaan).

Kaderisasi PMII sejatinya adalah totalitas upaya dan mengupayakan yang dilakukan secara sistematis untuk membangun dan mengembangkan potensi dzikir, pikir dan amal sholeh setiap anggota pergerakan, sehingga idealisme sebagai pribadi PMII dapat terwujud akan kesadaran dalam bertanggung jawab sebagai mahasiswa khususnya dan sebagai pemimpin di muka bumi secara umumnya.

Proses pelatihan itu sebagai pendidikan tingkat lanjutan untuk menjadi kader terlatih, berkomitmen dan mempunyai kemampuan atas apa yang telah dilatih oleh sang pelatih, artinya menjadi terlatih ketika sudah dilatih sehingga kecakapan dan kemahiran dalam nilai PMII dapat tereaksi dengan baik. Tidak hanya PKD yang sejatinya dijadikan sebagai media melatih, untuk mengisi waktu kosong, tapi bagaimana anggota PMII benar-benar mempunyai niatan melanjutkan belajar dalam proses sebelumnya. Karena realitas kader saat ini kehilangan roh gairah berpikir dan gairah pengamalannya yaitu amal sholeh. Bagaimana mungkin bisa mewujudkan aksi atau pengamalan kalau berpikir saja sudah kehilangan arah, apalagi yang lainnya?

Berangkat dari semua ini, kader PMII dapat mengubah semua dasar pemikiran atau perlakuan yang hanya iya iya saja, bukankah kalau seperti itu adalah anggota yang tidak memfungsikan daya otaknya untuk berpikir?, akankah menjadikan anggota yang menghilangkan kewajiban berpikir sebagai makhluk Tuhan?, nah di sinilah pentingnya sebuah pelatihan sebagai sarana pendidikan yang dituang dalam PKD maupun pelatihan lainnya di PMII. Dengan pola ini, diharapkan kader PMII dapat atau mampu berperan dalam melakukan tanggung jawabnya di semua aspek ini diantaranya sebagai berikut:

Sadar Dengan historis Atas Primordial Relasi Tuhan, Manusia dan Alam

Kesadaran atas primordial relasi atau dasar hubungan dengan Tuhan itu adalah diantaranya masalah taabudiyah, dimana taabudiyah atau ibadah digariskan ada dua, yaitu Pertama ibadah mahdhoh, yakni ibadah yang memang diteatapkan oleh Tuhannya yang wajib dilakukan dalam kesehariannya. Kedua ibadah ghoiru mahdhoh, yakni ibadah dalam pengetahuan umum, yaitu dalam bentuk kemaslahatan, kesuksesan, sosial dan keuntungan. 

Kalau kita membahas ibadah ghoiru mahdhoh, berarti relasinya sudah dengan manusia dan alam. Bagaimana sebagai pribadi (makhluk) pergerakan perlu adanya kesadaran diri dalam kehidupan pengamalan, tanpa kita sadari, pembangunan nilai di PMII yakni wujud dari NDP dan Aswaja menjadi faktor penting ditengah kehidupan berbangsa, sehingga upaya membagun aksi sosial perlu ada analisis sosial dan rasa tanggung jawab.

Berpikir Dialektis

Berpikir adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, sehingga proses berpikir dialektika ini adalah bagaimana berpikir atau mempertimbangkan suatu permasalahan secara nalar languistik, ilmiyah yang dapat dipahami. Di sini guna belajar berpikir dialektis sebagai kader PMII dan sebagai harapan dari out put PKD. 

Jadi argumentasi dialektika juga membutuhkan kajian referensi dengan mebaca, diskusi sebagai pondasi awal. Analisis permasalahan menjadi mudah dan sumber sebagai wacana dialektika secara valid, maka proses ini tidak diragukan lagi sebagai kader PMII akan penegakan tujuan PMII, penjiwaan trilogi pergerakan (Tri Motto, Tri Khidmat dan Tri Komitmen). Permasalahannya, yang terjadi dibalik itu banyak kader PMII masih sama saja dengan ciri dan karakter yang tidak mencerminkan mahasiswa.

Berjiwa Optimis Dalam Dialog Kehidupan

Dialog kehihidupan yakni melihat dunia secara universal, melaui gerakan, pikiran, dan motivasi hidup. pribadi mujahid (pejuang) akan terbingkai dan terbungkus oleh motivasi hidup, dengan semua itu, kita diminta menata perubahan dengan mengoptimalisasi berbagai potensi kreativitas dan kekuatan dalam semangat jiwa, optimisme yang ada dalam jiwa kita mampu memberi ruh semangat untuk membangun kehidupan. Lantas dengan berbuat apa? Pendidikan karakter, karena nilai-nilai semangat kader akan menjadi pemupukan energi dan pandangan yang luas kedepan.

Bersikap Kritis-Transformatif

Pemahaman wacana kader terkadang membodohkan orang lain, wacana yang panjang, melingkar, dan tak terarah menghasilkan tujuan dan pendefinisian yang tak jelas. Kritis itu tegas, teliti dalam penilaian pemahaman suatu gagasan yang realistis, bukan berarti tidak mau mengalah dalam pemahaman, melainkan juga harus didukung referensi yang baik pula. Nah, transformatif dalam kritis gagasan yang berupa wacana argeumentasi ini yang menjadikan kader aktif dan solutif.

Pemahaman dan pembangunan kritis transformatif adalah proses berpikir lebih luas, bebas dan kreatif. Teori kritis di sini, akan membahas sebuah pemikiran-pemikiran para ilmuan, dengan begitu, barulah kader PMII yang mujahid. Semua hal ini patut menjadi harapan maupun rekomendasi besar baik oleh penulis maupun kader secara keseluruhan. Dari ulasan diatas, muncul kesadaran bahwa problematika dan penataan pembangunan kader untuk PMII Country Unitri Malang kedepannya menjadi teramat penting untuk dibahas. Wallahu A’lam...

*Penulis adalah Kader PMII Country Unitri Malang, sekarang sedang menata perjuangan di PMII Rayon Nusantara.