Oleh: Juhari el-sarruny* |
Sangatlah
penting dibahas masalah Proses Pelatihan Kader Dasar (PKD). Dalam proses tingkatan
kaderisasi formal di Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dimana Masa Penerimaan anggota Baru (MAPABA)
adalah hanya sebuah proses pengenalan terhadap mahasiswa baru dan anggota PMII.
PKD adalah sebuah lanjutan dari pengenalan tadi menjadi sebuah proses pengetahuan yang sebenarnya akan semangat gerak yang ada di PMII, sehingga pada proses selanjutnya, anggota disebut sebagai kader, dimana dijelaskan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART PMII), bahwa Kader adalah telah dinyatakan berhasil menyelesaikan PKD dan follow-up nya (baca AD/ART BAB III Keanggotaan).
PKD adalah sebuah lanjutan dari pengenalan tadi menjadi sebuah proses pengetahuan yang sebenarnya akan semangat gerak yang ada di PMII, sehingga pada proses selanjutnya, anggota disebut sebagai kader, dimana dijelaskan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART PMII), bahwa Kader adalah telah dinyatakan berhasil menyelesaikan PKD dan follow-up nya (baca AD/ART BAB III Keanggotaan).
Kaderisasi
PMII sejatinya adalah totalitas upaya dan mengupayakan yang dilakukan secara
sistematis untuk membangun dan mengembangkan potensi dzikir, pikir dan amal
sholeh setiap anggota
pergerakan, sehingga idealisme sebagai pribadi PMII dapat terwujud akan kesadaran dalam
bertanggung jawab
sebagai mahasiswa khususnya dan sebagai
pemimpin di muka bumi secara umumnya.
Proses
pelatihan itu sebagai pendidikan tingkat
lanjutan untuk menjadi kader terlatih, berkomitmen dan
mempunyai kemampuan atas
apa yang telah dilatih oleh sang pelatih,
artinya menjadi terlatih ketika sudah dilatih sehingga kecakapan dan kemahiran
dalam nilai PMII dapat tereaksi dengan baik. Tidak hanya PKD yang sejatinya dijadikan
sebagai media melatih, untuk mengisi
waktu kosong, tapi
bagaimana anggota
PMII benar-benar mempunyai niatan
melanjutkan belajar dalam proses sebelumnya. Karena realitas kader saat ini kehilangan
roh gairah berpikir
dan gairah pengamalannya yaitu amal sholeh. Bagaimana mungkin bisa mewujudkan
aksi atau pengamalan kalau berpikir saja sudah kehilangan arah, apalagi yang
lainnya?
Berangkat
dari semua ini, kader PMII dapat mengubah semua dasar pemikiran atau perlakuan
yang hanya iya iya saja, bukankah kalau seperti itu adalah anggota yang tidak
memfungsikan daya otaknya untuk berpikir?, akankah menjadikan anggota yang
menghilangkan kewajiban berpikir sebagai makhluk Tuhan?, nah di sinilah
pentingnya sebuah pelatihan sebagai sarana pendidikan yang dituang dalam PKD
maupun pelatihan lainnya di PMII. Dengan pola ini, diharapkan kader PMII dapat atau mampu
berperan dalam melakukan tanggung jawabnya di
semua aspek ini diantaranya sebagai
berikut:
Sadar Dengan historis Atas Primordial Relasi Tuhan, Manusia
dan Alam
Kesadaran
atas primordial relasi atau dasar hubungan dengan Tuhan itu adalah diantaranya
masalah taabudiyah, dimana taabudiyah atau ibadah digariskan ada dua, yaitu Pertama ibadah mahdhoh, yakni ibadah yang
memang diteatapkan oleh Tuhannya yang wajib dilakukan
dalam kesehariannya. Kedua ibadah ghoiru mahdhoh, yakni ibadah dalam
pengetahuan umum, yaitu dalam bentuk kemaslahatan,
kesuksesan, sosial dan keuntungan.
Kalau kita membahas ibadah ghoiru mahdhoh, berarti relasinya sudah dengan manusia dan alam. Bagaimana sebagai pribadi (makhluk) pergerakan perlu adanya kesadaran diri dalam kehidupan pengamalan, tanpa kita sadari, pembangunan nilai di PMII yakni wujud dari NDP dan Aswaja menjadi faktor penting ditengah kehidupan berbangsa, sehingga upaya membagun aksi sosial perlu ada analisis sosial dan rasa tanggung jawab.
Kalau kita membahas ibadah ghoiru mahdhoh, berarti relasinya sudah dengan manusia dan alam. Bagaimana sebagai pribadi (makhluk) pergerakan perlu adanya kesadaran diri dalam kehidupan pengamalan, tanpa kita sadari, pembangunan nilai di PMII yakni wujud dari NDP dan Aswaja menjadi faktor penting ditengah kehidupan berbangsa, sehingga upaya membagun aksi sosial perlu ada analisis sosial dan rasa tanggung jawab.
Berpikir Dialektis
Berpikir adalah menggunakan akal
budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, sehingga proses berpikir
dialektika ini adalah bagaimana berpikir atau mempertimbangkan suatu
permasalahan secara nalar languistik, ilmiyah yang dapat dipahami. Di sini guna belajar berpikir
dialektis sebagai kader PMII dan sebagai harapan dari out put PKD.
Jadi argumentasi dialektika juga membutuhkan kajian referensi dengan mebaca, diskusi sebagai pondasi awal. Analisis permasalahan menjadi mudah dan sumber sebagai wacana dialektika secara valid, maka proses ini tidak diragukan lagi sebagai kader PMII akan penegakan tujuan PMII, penjiwaan trilogi pergerakan (Tri Motto, Tri Khidmat dan Tri Komitmen). Permasalahannya, yang terjadi dibalik itu banyak kader PMII masih sama saja dengan ciri dan karakter yang tidak mencerminkan mahasiswa.
Jadi argumentasi dialektika juga membutuhkan kajian referensi dengan mebaca, diskusi sebagai pondasi awal. Analisis permasalahan menjadi mudah dan sumber sebagai wacana dialektika secara valid, maka proses ini tidak diragukan lagi sebagai kader PMII akan penegakan tujuan PMII, penjiwaan trilogi pergerakan (Tri Motto, Tri Khidmat dan Tri Komitmen). Permasalahannya, yang terjadi dibalik itu banyak kader PMII masih sama saja dengan ciri dan karakter yang tidak mencerminkan mahasiswa.
Berjiwa Optimis Dalam Dialog Kehidupan
Dialog
kehihidupan yakni melihat dunia secara
universal, melaui gerakan, pikiran, dan motivasi
hidup. pribadi mujahid (pejuang) akan terbingkai dan
terbungkus oleh motivasi hidup, dengan semua itu, kita diminta menata perubahan dengan
mengoptimalisasi berbagai potensi kreativitas
dan kekuatan dalam semangat jiwa, optimisme yang ada dalam jiwa kita mampu
memberi ruh semangat untuk
membangun kehidupan. Lantas dengan berbuat
apa? Pendidikan karakter, karena nilai-nilai semangat
kader akan menjadi pemupukan energi dan pandangan yang luas kedepan.
Bersikap Kritis-Transformatif
Pemahaman
wacana kader terkadang membodohkan orang lain, wacana yang panjang, melingkar, dan
tak terarah menghasilkan tujuan dan
pendefinisian yang tak
jelas. Kritis itu tegas, teliti dalam penilaian pemahaman suatu gagasan yang
realistis, bukan berarti tidak mau mengalah dalam pemahaman, melainkan juga harus didukung referensi yang baik pula. Nah, transformatif dalam
kritis gagasan yang berupa wacana
argeumentasi ini yang menjadikan
kader aktif dan solutif.
Pemahaman
dan pembangunan kritis transformatif adalah proses berpikir lebih luas, bebas dan kreatif.
Teori kritis di sini, akan membahas sebuah
pemikiran-pemikiran para ilmuan, dengan
begitu, barulah
kader PMII yang mujahid.
Semua hal ini patut menjadi harapan maupun rekomendasi besar baik
oleh penulis maupun kader secara keseluruhan.
Dari ulasan
diatas, muncul kesadaran bahwa problematika dan penataan pembangunan kader untuk PMII Country Unitri Malang kedepannya menjadi teramat penting untuk dibahas.
Wallahu
A’lam...
*Penulis adalah Kader PMII Country Unitri Malang, sekarang sedang menata perjuangan di PMII Rayon Nusantara.