Ekspor Karet Dikurangi -->

Iklan Semua Halaman

Ekspor Karet Dikurangi

Rabu, 24 Februari 2016
Indonesia, Malaysia, dan Thailand sepakat mengurangi ekspor karet untuk memulihkan harga karet di pasar global. Ketiga negara yang tergabung dalam Dewan Tripartit Karet Internasional itu bakal mengurangi ekspor karet 615.000 ton selama enam bulan terhitung mulai 1 Maret hingga 31 Agustus 2016.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Karyanto Suprih, Kamis (4/2), di Jakarta, mengatakan, Indonesia akan mengurangi ekspor karet alam 238.736 ton, Thailand 324.005 ton, dan Malaysia 52.259 ton. Pengurangan itu akan membuat stok karet di pasar global terserap dan harga kembali membaik. Seperti dilansir dari kompas pada Kamis, 4 Februari 2016.

Selama ini, harga karet alam rendah karena kelebihan pasokan di pasar global. Oleh karena itu, Dewan Tripartit Karet Internasional atau ITRC berupaya mengatasinya melalui kesepakatan skema pengaturan tonase ekspor karet (AETS) dan serapan karet di dalam negeri.

"Kami berharap harga karet alam nanti bisa pulih di atas 2 dollar AS per kilogram. Harga karet alam saat ini di bawah target, yaitu 1,09 dollar AS. Dulu harga karet alam terbagus mencapai 4,7 dollar AS," katanya.

Karyanto menambahkan, kesepakatan itu baru terjadi di antara tiga negara. Vietnam sebagai penghasil karet alam dan mitra strategis ITRC belum turut dalam kesepakatan itu. Namun, ITRC membuatkan skema pengaturan pengurangan ekspor karet bagi Vietnam, yaitu 85.000 ton. ITRC akan mengirimkan delegasi untuk merundingkannya dengan Vietnam.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, produksi karet alam Indonesia rata-rata 3,2 juta ton per tahun. Adapun yang terserap di dalam negeri baru sekitar 600.000 ton per tahun. Sejak 2014, pemerintah berupaya meningkatkan serapan karet di dalam negeri di sektor infrastruktur jalan, irigasi, perumahan, dan pelabuhan.

Serapan domestik

Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Nurlaila Nur Muhammad mengemukakan, serapan karet alam tersebut akan dilakukan Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Fokus utama adalah pemanfaatan karet alam untuk pembangunan jalan dan bantalan pengaman kapal di pelabuhan.

Pemerintah sedang membuat studi pencampuran karet alam untuk pembangunan jalan. Pemerintah juga berupaya mengurangi impor bantalan karet dan menggantinya dengan produksi dalam negeri.

Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo mengemukakan, pengurangan ekspor karet merupakan langkah baik ITRC untuk memulihkan harga karet alam dunia. Gapkindo secara otomatis akan menyimpan sebagian hasil produksinya selama enam bulan masa pengurangan ekspor itu.

Secara terpisah, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan, pemerintah terus berupaya mendorong penyerapan karet di dalam negeri.

"Salah satu yang dapat secara signifikan menambah penyerapan karet adalah pemanfaatannya sebagai aspal karet," kata Panggah. (Uha)