Indonesia, Malaysia, dan Thailand sepakat
mengurangi ekspor karet untuk memulihkan harga karet di pasar global. Ketiga
negara yang tergabung dalam Dewan Tripartit Karet Internasional itu bakal
mengurangi ekspor karet 615.000 ton selama enam bulan terhitung mulai 1 Maret
hingga 31 Agustus 2016.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perdagangan Luar
Negeri Kementerian Perdagangan Karyanto Suprih, Kamis (4/2), di Jakarta,
mengatakan, Indonesia akan mengurangi ekspor karet alam 238.736 ton, Thailand
324.005 ton, dan Malaysia 52.259 ton. Pengurangan itu akan membuat stok karet
di pasar global terserap dan harga kembali membaik. Seperti dilansir dari kompas pada Kamis, 4 Februari 2016.
Selama ini, harga karet alam rendah karena
kelebihan pasokan di pasar global. Oleh karena itu, Dewan Tripartit Karet Internasional
atau ITRC berupaya mengatasinya melalui kesepakatan skema pengaturan tonase
ekspor karet (AETS) dan serapan karet di dalam negeri.
"Kami berharap harga karet alam nanti bisa
pulih di atas 2 dollar AS per kilogram. Harga karet alam saat ini di bawah
target, yaitu 1,09 dollar AS. Dulu harga karet alam terbagus mencapai 4,7
dollar AS," katanya.
Karyanto menambahkan, kesepakatan itu baru terjadi
di antara tiga negara. Vietnam sebagai penghasil karet alam dan mitra strategis
ITRC belum turut dalam kesepakatan itu. Namun, ITRC membuatkan skema pengaturan
pengurangan ekspor karet bagi Vietnam, yaitu 85.000 ton. ITRC akan mengirimkan
delegasi untuk merundingkannya dengan Vietnam.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, produksi
karet alam Indonesia rata-rata 3,2 juta ton per tahun. Adapun yang terserap di
dalam negeri baru sekitar 600.000 ton per tahun. Sejak 2014, pemerintah
berupaya meningkatkan serapan karet di dalam negeri di sektor infrastruktur
jalan, irigasi, perumahan, dan pelabuhan.
Serapan
domestik
Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan
Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Nurlaila
Nur Muhammad mengemukakan, serapan karet alam tersebut akan dilakukan
Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, serta Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat. Fokus utama adalah pemanfaatan karet alam untuk
pembangunan jalan dan bantalan pengaman kapal di pelabuhan.
Pemerintah sedang membuat studi pencampuran karet
alam untuk pembangunan jalan. Pemerintah juga berupaya mengurangi impor
bantalan karet dan menggantinya dengan produksi dalam negeri.
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet
Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo mengemukakan, pengurangan ekspor karet
merupakan langkah baik ITRC untuk memulihkan harga karet alam dunia. Gapkindo
secara otomatis akan menyimpan sebagian hasil produksinya selama enam bulan
masa pengurangan ekspor itu.
Secara terpisah, Direktur Jenderal Industri Agro
Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan, pemerintah terus berupaya
mendorong penyerapan karet di dalam negeri.
"Salah satu yang dapat secara signifikan
menambah penyerapan karet adalah pemanfaatannya sebagai aspal karet," kata
Panggah. (Uha)