Oleh:
Inayah Wulandari Wahid*
Ini zaman wolak walik, zaman ini walik
zaman
Yang benar jadi salah, yang salah jadi acuan,
Korupsi jadi prestasi, ngaku sana sini kalau dizdalimi
Jual beli proyek dianggap lumrah,
Ini perang dengan kafir, semua harta wajib dijarah
Gak peduli yang melakukan wakil rakyat, yang ngaku amanah, juga fathanah..
Yang membela rakyat, dikebiri, diracun dibunuhi,
Boro-boro pelakunya diadili, kalau perlu ditutup rapi.
Ini zaman wolak walik, walik wolak zaman
Adegan cinta harus dihapus, itu maksiat, merusak moral bangsa, gak bagus.. gak bagus..
Adegan kekerasan?, ohh gak papa-papa,
apalagi sambil teriak Allahu akbar..!!!
Yang benar jadi salah, yang salah jadi acuan,
Korupsi jadi prestasi, ngaku sana sini kalau dizdalimi
Jual beli proyek dianggap lumrah,
Ini perang dengan kafir, semua harta wajib dijarah
Gak peduli yang melakukan wakil rakyat, yang ngaku amanah, juga fathanah..
Yang membela rakyat, dikebiri, diracun dibunuhi,
Boro-boro pelakunya diadili, kalau perlu ditutup rapi.
Ini zaman wolak walik, walik wolak zaman
Adegan cinta harus dihapus, itu maksiat, merusak moral bangsa, gak bagus.. gak bagus..
Adegan kekerasan?, ohh gak papa-papa,
apalagi sambil teriak Allahu akbar..!!!
Dengan
menunjukkan siapa yang berkuasa,
Kalo perlu ditambahi special efek, kibas-kibas pedang dan bendera segala,
supaya segalanya tampak kuat dan nyata
Orang berdoa, ya diganggu saja,
Kalo perlu ditambahi special efek, kibas-kibas pedang dan bendera segala,
supaya segalanya tampak kuat dan nyata
Orang berdoa, ya diganggu saja,
Terutama
Tuhannya gak sama dengan saya.
Ini zaman wolak walik, walik wolak zaman
Yang rekaan dianggap pahlawan, yang nyata dilupakan
Yang dianggap jagoan, ya yang bisa pegang senjata ciptaan Negara Adidaya,
Munculnya hanya dilayar kaca, tapi selalu dianggap nyata,
“Inilah para penyelamat dunia..” begitu jargonnya.
Ini zaman wolak walik, walik wolak zaman
Yang jungkir balik membela rakyat, hak asasi manusia ya good bye saja,
Ini zaman wolak walik, walik wolak zaman
Yang rekaan dianggap pahlawan, yang nyata dilupakan
Yang dianggap jagoan, ya yang bisa pegang senjata ciptaan Negara Adidaya,
Munculnya hanya dilayar kaca, tapi selalu dianggap nyata,
“Inilah para penyelamat dunia..” begitu jargonnya.
Ini zaman wolak walik, walik wolak zaman
Yang jungkir balik membela rakyat, hak asasi manusia ya good bye saja,
Kemudian
Tanya, “Nelson Mandela itu siapa??”
Ini zaman wolak walik, walik wolak
zaman
Sejarah tak perlu diingat apalagi diajarkan,
yang penting yang berkekuasa,
Rakyat gak tahu jatidirinya, itu bukan urusan saya,
Yang penting saya terpilih dipemilu berikutnya,
Sampai lupa siapa pemimpin yang berkuasa dan siapa pemimpin yang hanya cari muka,
Tiba-tiba muncul slogan, “Piye kabarmu le, enak zamanku to..?”.
Ini zaman wolak walik, walik wolak zaman
Manusia cuma barang dagangan, kemanusiaan yang bagus cuma untuk iklan.
Persaudaraan tetap dibela, asalkan sampean mau dengan cara saya.
Lalu bagaimana dengan keadilan, kesejahteraan masyarakat, yang sudah di bangun para pemimpin bangsa?,
Sejarah tak perlu diingat apalagi diajarkan,
yang penting yang berkekuasa,
Rakyat gak tahu jatidirinya, itu bukan urusan saya,
Yang penting saya terpilih dipemilu berikutnya,
Sampai lupa siapa pemimpin yang berkuasa dan siapa pemimpin yang hanya cari muka,
Tiba-tiba muncul slogan, “Piye kabarmu le, enak zamanku to..?”.
Ini zaman wolak walik, walik wolak zaman
Manusia cuma barang dagangan, kemanusiaan yang bagus cuma untuk iklan.
Persaudaraan tetap dibela, asalkan sampean mau dengan cara saya.
Lalu bagaimana dengan keadilan, kesejahteraan masyarakat, yang sudah di bangun para pemimpin bangsa?,
Itu
lho.. seperti Sukarno, Tan Malaka, Hatta, Syahrir, Gus Dur?
Sssttt, orangnya sudah pada mati, gak usah diungkit-ungkit lagi.
Sssttt, orangnya sudah pada mati, gak usah diungkit-ungkit lagi.
Foto berbetaran sana-sini, inilah potret pemimpin masa depan,
Aksi nyata dan visi nomor sekian, yang penting mukanya sedap dipandang,
Kebenaran
jadi semu, yang asli jadi palsu,
Intrik
sana-sini, pelintir, sikut-sikutan jadi budaya, kalo perlu keluarga sendiri
dikebiri.
Eh..
tapi kalo ada manfaatnya, ya dipakek juga,
Kalo
tidak, kita kan sulit dapat suara,
Perkara
dulu dia saya manipulasi, tipu sana-sini,
Ya..
berdoa saja insya Allah rakyat lupa..
Ini zaman wolak walik, walik wolak zaman
Untuk itu, saya tulis puisi ini, untuk mengingatkan para petinggi.
Jika
lupa, ya di baca lagi.
Gitu
aja kok repot..!!!
*Inayah
Wulandari Wahid, Putri Almarhum KH. Abdurrahman Wahid (Gusdur), Dilansir
dari buku Kidung Damai, Menyapa semesta dengan cinta. PC PMII Kota Malang,
2014. Hal 83-86.